Jendela Bujang Rumah Betawi

Jendela Bujang Rumah Betawi

Pola Ruang Dalam Rumah Tradisional Betawi

Komposisi dan perletakan ruang dalam rumah tradisional Betawi memiliki konsep sumbu tengah simetris yang dimulai dari tangga/undakan teras, pintu masuk utama, hingga pintu keluar dapur. Walau demikian, komposisi dan perletakan ruang-ruang dalam ada yang simetris ada pula yang asimetris.

Secara urutan ruang dimulai dari teras depan sebagai ruang publik penerima tamu. Masuk ke ruang dalam yang berfungsi sebagai ruang makan atau musyawarah keluarga, berlanjut ke ruang tengah yang berfungsi sebagai ruang tidur anak laki dengan bale-bale sekaligus tempat menyimpan pendaringan. Ruang tengah memiliki pintu langsung menuju ruang srondoyan (dapur) yang menjadi bagian belakang rumah. Kamar-kamar tidur (pangkeng) diakses dari ruang makan dengan perletakan kamar anak perempuan di bagian depan, dan kamar orang tua di bagian lebih dalam. Semua kamar memiliki jendela yang mengarah ke luar rumah.

Menggunakan ukiran dan ornamen yang mempunyai makna

Lalu yang kedua adalah banyaknya ukiran atau ornamen di dalam maupun luar rumah yang mengandung makna. Setiap pajangan pada rumah adat Betawi memiliki makna tersendiri. Selain sebagai hiasan untuk memperindah ruangan, namun ada pula makna yang diharapkan. Berikut adalah arti beberapa ukiran dan ornamen yang biasa ditemui di sana:

Sejarah Rumah Adat Betawi

Sejarah merupakan hal penting yang patut dipelajari. Apalagi bagi sejarah keberadaan rumah adat betawi. Rumah adat betawi ini juga erat kaitannya dengan keberadaan penduduk betawi sendiri. Betawi sendiri berasal dari kata Batavia, yang menjadi julukan kota Jakarta di masa lampau.

Pada saat kolonial Belanda melakukan sensus penduduk tahun 1930, Betawi baru diketahui keberadaannya. Betawi menjadi etnis tersendiri di Indonesia pada masa itu. Mereka disebut sebagai etnis yang mendiami Batavia kala itu. Sebenarnya, etnis Betawi ini merupakan gabungan dari penduduk berbagai daerah. Di antaranya ada Jawa, Bali, Makassar, Sunda dan Sunda yang dahulu didatangkan oleh pemerintah Belanda. Pada akhirnya, pernikahan antar suku tersebut yang mendiami Batavia menjadi penduduk beretnis Betawi.

Jika dilihat lagi, rumah adat Betawi ini dipengaruhi oleh adanya akulturasi budaya. Di mana adanya beberapa suku di daerah Batavia membuat mereka saling melebur. Hasilnya, Anda bisa melihat pada arsitektur bangunan rumah adat betawi.

Terdapat dua budaya yang melebur dalam rumah adatnya, meliputi budaya internasional dan juga lokal. Dari tampilannya, Anda bisa melihat bentuk rumah Betawi hampir mirip dengan rumah Joglo khas jawa tengah. Lalu Anda juga akan melihat beberapa ciri-ciri rumah panggung Sunda di sana. Kemudian, budaya Internasional juga turut terlibat dalam rumah adat Betawi. Ornamen dan hiasan yang dipakai oleh masyarakat Betawi, seperti pada pembuatan pintu dan jendela mengadopsi dari budaya luar negeri, seperti Arab, Eropa, dan China.

Ornamen rumah Betawi gigi balang

Rumah Betawi modern juga memiliki ornamen khas yang terlihat mencolok pada bagian eksterior rumah. Ornamen rumah Betawi tersebut adalah gigi balang yang terletak pada tritisan atap rumah. Selain sebagai hiasan, ornamen rumah Betawi ini juga berfungsi sebagai pelindung di kala hujan agar air hujan tidak masuk ke area rumah.

Makna Filosofis Rumah Adat Betawi

Rumah adat Betawi terdiri dari beberapa macam. Adapun ciri khas yang melekat pada rumah Betawi di antaranya adalah terasnya yang luas. Teras ini memang sengaja dibuat luas, makna filosofisnya sebagai tempat untuk menerima tamu dan untuk berkumpul bersantai dengan anggota keluarga.

Hal ini cukup berbeda dengan rumah jaman modern yang ruang keluarganya biasanya ada di bagian dalam. Akan tetapi rumah adat ini berbeda, justru dengan teras yang luas dapat membuat mereka lebih nyaman untuk bersenda gurau bersama.

Di teras biasanya akan ditempatkan kursi bale-bale dari rotan, bambu, atau kayu jati yang disebut dengan amben. Adapun lantai terasnya memakai gejogan, yang menunjukkan penghormatan pada tamu yang datang ke rumah. Bagi masyarakat Betawi, ternyata gejogan ini cukup sakral. Alasannya karena berhubungan langsung dengan tangga masuk rumah yang diberi nama balaksuji.

Selain itu teras rumah yang luas ini juga memberikan makna bahwa orang rumah atau orang Betawi sangat terbuka dengan kedatangan tamu. Apalagi orang Betawi juga dikenal sangat menghargai pluralisme atau perbedaan antar suku maupun agama. Hal ini sangatlah wajar, mengingat sejarah masyarakat Betawi yang berasal dari perkumpulan beberapa suku di Indonesia.

Ada pula makna lain dari pagar yang dibangun di bagian depan rumah Betawi. Ternyata ada makna filosofis tertentu dari keberadaan pagar yang mengelilingi rumah di bagian depan. Pagar ini bagi masyarakat diartikan sebagai penghalang hal-hal negatif dari luar yang bisa masuk ke rumah. Jadi diharapkan, dengan adanya pagar, suasana di dalam rumah selalu memiliki aura yang positif. Sebab hal-hal negatif telah dihalangi oleh adanya pagar.

Lalu beberapa masyarakat Betawi juga membuat sumur di bagian depan rumah dan membuat makam di sebelah rumah. Tradisi membuat makam di samping rumah memang menjadi tradisi lawas masyarakat Betawi. Maka dari itu, dari dulu masyarakat Betawi dikenal memiliki lahan dan tanah yang luas.

Setiap pembagian ruang yang ada di rumah adat Betawi juga memiliki makna filosofis tersendiri. Berikut adalah karakteristik ruangnya:

Pintu dan jendela krepyak

Pintu dan jendela krepyak banyak digunakan pada rumah-rumah Betawi. Jendela krepyak adalah jendela yang terdiri dari rangkaian jalusi yang disusun secara horizontal. Jalusi atau krepyak ini berfungsi untuk mengatur sirkulasi udara atau cahaya sehingga ketika pintu dan jendela ini ditutup, bagian dalam rumah masih mendapatkan sirkulasi udara dan cahaya yang cukup.

Artikel lainnya: Mengenal Jalusi, Solusi Praktis Agar Rumah Selalu Sejuk

Elemen kayu pada interior rumah

Seperti rumah adat Indonesia lainnya, bagian interior rumah Betawi didominasi dengan elemen kayu. Penggunaan bahan kayu diterapkan pada dinding, tiang kolom, pintu, jendela, perabotan rumah, dan ornamen rumah Betawi lainnya. Jika tertarik untuk membangun rumah Betawi modern, Anda bisa mengombinasikan bahan kayu tersebut dengan bahan modern lainnya, seperti keramik, tegel kunci, cat dinding, dan ornamen rumah Betawi berwarna cerah agar suasana di rumah Betawi modern menjadi lebih terang.

Setelah mengenal lebih jauh tentang rumah Betawi, semoga Anda juga tertarik untuk melestarikan rumah Betawi modern atau rumah adat Nusantara lainnya. Temukan beragam artikel menarik lainnya seputar arsitektur, interior, dan bahan bangunan hanya di Archify. Jangan ragu untuk menghubungi arsitek dan desainer interior handal yang tergabung di Archify untuk mewujudkan rumah impian Anda.

Tidak memiliki kamar mandi yang digabung dengan bangunan utama

Keunikan pertama yaitu tidak adanya kamar mandi pada rumah adat. Masyarakat Betawi memiliki prinsip-prinsip tertentu yang sudah dipercaya dan dipegang oleh masyarakatnya. Salah satunya yaitu mengatakan, semua kotoran harus disingkirkan dari bangunan utama atau bangunan tempat mereka tinggal.

Hal tersebut dimaksudkan supaya penghuni rumah atau siapa saja yang tinggal di rumah itu tetap bersih baik lahir maupun batin. Maka dari itu, setiap rumah adat Betawi tidak ada yang mempunyai kamar mandi bersatu dengan bangunan utama. Umumnya mereka meletakkan kamar mandi di belakang rumah, terpisah dengan bangunan utama.

Tipologi Rumah Tradisional Betawi

Terdapat empat tipe rumah tradisional Betawi, dengan patokan bentuk atap yang berkaitan erat dengan bentuk denah/badan rumah, yaitu:

Merupakan tipe rumah tradisonal Betawi dengan bentuk denah/badan rumah memanjang ke samping. Bagian atap utama berbentuk pelana yang memiliki lipatan jurai dalam serta terusan atap dengan kemiringan landai pada sisi depan dan belakang rumah. Terusan atap pada bagian depan berfungsi sebagai atap teras masuk, sedangkan pada bagian belakang mengatapi ruang dapur srondoyan (dapur).

Sama seperti tipe sebelumnya, tipe Rumah Kebaya merupakan rumah tradisonal Betawi dengan bentuk denah/badan rumah memanjang ke samping. Bagian atap utama berbentuk pelana yang memiliki lipatan jurai dalam serta terusan atap dengan kemiringan landai pada sisi depan dan belakang rumah. Terusan atap pada bagian depan juga berfungsi sebagai atap teras utama, dan bagian belakang menjadi atap ruang srondoyan (dapur).

Yang membedakan dengan Rumah Bapang, pada tipe Rumah Kebaya mengalami penambahan ruang semacam paviliun tertutup ataupun teras terbuka di area samping kiri dan kanan rumah. Ruang tambahan tersebut memiliki bagian atap yang menempel pada dinding segitiga sopi-sopi atap pelana utama. Bila dilihat dari arah depan rumah maka akan tampak secara metafora seperti pakaian kebaya.

Adalah tipe rumah tradisonal Betawi dengan bentuk denah memanjang ke belakang. Bagian atap utama berbentuk pelana seimbang tanpa mengalami lipatan. Atap tambahan menempel pada dinding segitiga sopi-sopi depan yang mengatapi teras masuk, dan pada bagian belakang yang mengatapi ruang srondoyan (dapur).

Merupakan tipe rumah tradisional Betawi dengan bentuk atap berbentuk limas perisai dengan empat lipatan jurai luar sebagaimana umumnya rumah adat Melayu. Rumah tipe ini memiliki denah/badan bangunan berbentuk persegi yang relatif kotak. Pada tipe ini ada pula modifikasi bentuk di mana bagian tengah atap mengalami peninggian ekstrim hingga menyerupai bentuk seperti atap Joglo pada rumah tradisional Jawa.

Secara geografis tempat tinggal, empat tipe rumah tradisional Betawi tersebut mengalami kekhasan tertentu dalam hal ketinggian level lantai rumah. Rumah Betawi di tengah kota pada umumnya rumah tapak yang mengalami peninggian lantai 20-30 cm dalam bentuk urugan tanah atau perkerasan masif lainnya. Memiliki ragam permukaan lantai, mulai dari tanah yang dipadat-licinkan, pluran semen polos, hingga yang dilapisi ubin teraso atau keramik.

Betawi daerah pinggir cenderung berpanggung dengan kaki umpak batu atau semen setinggi 40-60 cm dari atas permukaan tanah. Lingkungan tinggal dahulu berupa kebun dan ladang yang dibanyaki oleh hewan melata dan hewan liar berbahaya lainnya.  Sedangkan rumah orang Betawi daerah pesisir (pantai) cenderung berpanggung setinggi lebih dari 1 meter akibat kondisi lingkungan yang sewaktu-waktu mengalami banjir akibat peninggian air laut.

Tidak ada kamar mandi

Rumah Betawi pada masa dulu tidak memiliki kamar mandi di bangunan utama rumahnya. Kamar mandi rumah Betawi terletak di luar bangunan, tepatnya di bagian belakang rumah. Hal ini disebabkan oleh prinsip orang Betawi yang berpandangan bahwa segala kotoran harus disingkirkan dari bangunan rumah. Di rumah Betawi modern masa kini, bangunan kamar mandi tidak benar-benar terpisah dari bangunan utama, melainkan dibatasi dengan ruang transisi seperti taman.